Selasa, 10 Desember 2013

BAHAN PEMBUATAN MAKET

Maket sangat berguna sekali dalam dunia arsitektur, karena bisa menggambarkan semua keinginan desainer atau arsitek dalam bentuk nyata dalam skala yang kecil. Tentunya sangat membantu dalam presentasi sebuah desain kepada clientnya.
http://maketminiatur.co.id/wp-content/uploads/2012/12/rumah-type-1-500x339.jpg
Bagi yang ingn membuat maket sederhana ada beberapa bahan yang biasa kita gunakan.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan maket :
- Styrofoam
Penggunaan styrofoam dalam pembuatan maket berfugsi sebagai alas dasar dimana bangunan akan diletakkan.
- Karton tebal 2 x
Sedangkan karton tebal 2 x sebagai bahan pembentuk dinding (praktisi) dan kolom.
- Karton tebal 3 x
Bisa juga untuk praktisi jika kebutuhan akan ketebalan (sesuai kebutuhan), Namun lebih utama digunakan sebagai bahan dasar lantai bangunan tempat menempelnya dinding dan kolom serta bahan pembentuk kolom itu sendiri.
- Kertas Duplex
Duplex yang digunakan adalah bagian belakang yang selanjutnya di print di atasnya corak (visual) bangunan seperti dinding, kolom, serta material atap sesuai gambar (patron). Duplex diutamakan untuk lapisan luar bangunan yang lebih realistis dan terskala sesuai patron.
- Perekat (Alteco/Fox)
Untuk melekatkan seluruh unsur-unsur maket.
- Kertas Mika
Bahan untuk membuat kaca jendela, kaca pintu, ventilasi dan sebagainya.
- Kain Linen
Sebagai pembungkus alas (styrofoam) agar permukaannya rata dan tidak terganggu tekstur styrofoam yang bisa mengurangi nilai estetis (hitam) dan sebagai material rumput (hijau).
- Kain Beldru Hijau
Sebagai tekstur layout yang umumnya sebagai pencitraan dari rumput.
- Busa Jok Kursi
Busa juk kursi yang di blender hingga halus lalu kemudian direndam, diperas, dan dikeringkan sebagai daun-daun pohon.
- Busa Jok Vas Bunga
Pelengkap pembuatan material daun.
- Kabel (ukuran sesuai skala maket), tusuk sate, lidi.
Sebagai batang pohon yang direkatkan dengan lem Fox pada daun yang dibuat sebelumnya.
- Kawat (ukuran sesuai skala maket)
Sebagai bahan pembuatan tiang listrik, lampu taman, serta lampu taman.
- Cat Semprot
Mewarnai rumput, daun, dan elemen lainnya agar lebih hidup serta sesuai dengan aslinya.
- Cat Tembok Warna Putih
Sebagai bahan dasar perwarnaan yang dilakukan pada pembuatan maket.
- Biang Warna (Merah, Biru, Kuning)
Campuran dasar warna yang akan campur dengan cat tembok, Warna yang dibutuhkan hanya tiga warna dasar saja. Tiga warna ini mampu menghasilkan warna turunan yang lain seperti yang kita inginkan.
- Tinta Timbul
Sebagai representasi bola lampu jalan maupun taman. Warna tinta yang biasa digunakan adalah tinta oranye terang.
- Kertas Pasir
Berfungsi sebagai tekstur fasade material batu alam.
- Lakban Kertas
Melapisi kawat dan kabel agar sesuai seperti tiang listrik dan batang pohon.
Sedangkan peralatan yang digunakan dalam pembuatan maket ini berupa :
Penggaris
Gunting
Cutter
Tang
Sikat Gigi (pemercik cat)
Selain bahan diatas, Anda juga bisa menggunakan bahan lain sesuai dengan kebutuhan dalam membuat sebuah maket. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Senin, 02 Desember 2013

ARSITEKTUR KLASIK

Arsitektur klasik adalah suatu gaya yang berkembang pada masa keemasan Yunani atau Romawi. Gaya arsitektur klasik, memberikan kesan yang mewah pada bangunan. Pilar-pilar, ornamen, dan profil-profil pada list plang dan bingkai jendela disajikan dalam seni Romawi atau Yunani kuno menjadi ciri khas arsitektur klasik. Di Indonesia gaya arsitektur klasik mulai banyak digunakan pada rumah tinggal pada awal tahun 80-an. Bahkan hingga saat ini pun masih banyak rumah-rumah baru yang menggunakan gaya arsitektur klasik. Ada lima Orde dalam arsitektur klasik yang dikenal sampai sekarang yaitu Tuscan, Doric, Ionic, Corinthian dan Composit.
Orde Tuscan, berasal dari kuil-kuil Etruscan yang merupakan bentuk paling primitif dari ornamen kolom. Orde Doric, berasal dari kelompok suku bangsa Doria (turunan Italia dan Sisilia), bentuk dari doria keliatan kokoh, kuat, sebagai lambang kekuasaan. Orde Ionic, berasal dari suku bangsa Ionia (Turunan Asia Kecil). Orde Korinthian, merupakan hasil ambisi dari kaum aristokrat kota Korhintia yang kaya dan makmur abad 5 SM. Orde Komposit, merupakan perpaduan dari orde Korhintia dan Ionic sehingga keliatan lebih mewah dan anggun.
 Eksterior menjadi hal penting pada bangunan klasik. Bangunan klasik memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsinya. Tata letak jendela yang teratur pada tampak depan bangunan, dan komposisi bangunan yang simetris juga merupakan ciri bangunan klasik.
 Interior klasik umumnya memiliki ketingian plafon idealnya melebihi 3,5 meter, sehingga bisa mengekspresikan kemegahan. Detail menghisai pertemuan antara plafon dengan dinding bangunan. Tangga pada bangunan klasik dibuat lebar dalam bentuk lengkung/curva pada sebagian atau seluruh bagian tangga.
 Ruangan – ruangan pada rumah klasik juga umumnya dibuat terpisah-pisah dan dalam ukuran yang extra besar. Mulai dari pintu masuk di bagian depan, ruang penerima ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, dipisahkan dengan dinding solid. Ada kalanya koridor digunakan sebagai penghubung antara ruang-ruang yang berjauhan. Karena memang idealnya rumah bergaya arsitektur klasik di bangun di atas lahan yang luas.
 Bahan bagunan yang digunakan pada bangunan klasik umunya adalah bahan-bahan alam. Pengolahan terhadap bahan-bahan bagunan klasik juga perlu mengekspresikan seni di masanya seperti besi-besi cor, marmer, batu alam adalah bahan – bahan yang ideal untuk menyajikan bengunan dengan gaya arsitektur klasik. Karena pertimbangan kemudahan perawatandan biaya, adakalanya kita terpaksa menggunakan bahan aluminum, hanya saja kita perlu mempertimbangkan finishing yang kita gunakan agar rumah klasik menjadi benar-benar konsisten terhadap konsepnya.     
Beberapa ciri arsitektur klasik antara lain :
  • Bentuk simetris
  •   Kolom/PilarTinggi yang menjulang.  
  •   Segitiga pediment
  •   Atap kubah
  •   Terdapat ornamen pada kolom-kolom pada bangunan 
 

Rabu, 27 November 2013

We Are Architect. Trust Me!!!



Dengan latar belakang yang bermacam-macam kami memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan mimpi kami.


We Are Architect, Yup, itulah impian kami berada disini.
Kami adalah Arsitek. Mimpi kami membangun dengan keahlian yang dimiliki hingga berguna bagi masyarakat luas kedepanya.



Foto :
(kiri ke kanan) Abdul Aziz, Joko Tri, Annisa Adzani, Sofyan Amrulloh, Adi Iskandar, Jariyanto, M.Ulla, Noer Wahyudin, Arif Ardhani.

JADI ARSITEK TIDAK SEMUDAH YANG DIBAYANGKAN





Seorang teman menanyakan pada saya, apa saja yang dikerjakan oleh Arsitek? Dia bilang kalau kebetulan kakak teman saya ini lulusan teknik sipil, dan kakaknya ini juga biasa menggambar dan mendesain rumah, kemudian dia bertanya, lalu kalau arsiteknya sendiri itu ngapain?

Hmmm..saya yang baru lulus kuliah Arsitektur 3 tahun lalu dan masih belum punya banyak pengalaman mencoba menjelaskan, apa saja yang saya pelajari, alami ketika kuliah, bagaimana perjuangannya sampai saat ini ketika sudah bekerja di dunia professional. Saya memulai perbincangan hangat ini dengan bahasa awam, karena kalau saya coba jelaskan secara teknis juga nantinya ngga bakalan nyambung.

Menjadi arsitek adalah suatu profesi dibidang jasa, dimana kreativitas dan keahlian lah yang berbicara. Seperti contoh analogi dalam ilmu eksak berkata kalau 1+1 = 2,,maka di dunia arsitektur kita dilatih se “kreatif” mungkin supaya hasilnya =2. Misal bukankah tidak hanya 1+1=2, kan bisa saja √4 = 2,, atau 5-3 = 2 atau 69-67 = 2,,”bukan begitu?bisa dipahami sampai disini?ini hanya logika sederhana saja, karena sebenarnya tidak se sederhana ini,hahaha”, begitu saya berkata.

Kemudian saya lanjutkan ceritanya, bahwa kami juga dilatih kepekaan, kepekaan apa?kepekaan apa saja? Bidang, geometri, warna, suasana, estetika,dll. Mengapa harus peka?lalu saya coba ambil kertas kosong dan bullpen, lalu saya menggambar kubus dan balok. Saya bertanya pada dia, “kubus sama balok ini supaya bagus diapakan?” kemudian dia pun mencoba menggambar “ya kayak gini aja pak (kubus sama balok ditumpuk)” lalu saya pun menjelaskan, dari logika 1+1 = 2 tadi kenapa hanya ditumpuk saja?kalau baloknya ditembusin ke dalam kubus? Kalau numpuknya nda horizontal?atau kalau semisal kubusnya di iris diagonal lalu disambung dengan balok? Bukankah akan lebih memberikan alternative di luar pemikiran biasa kita “out of the box” dalam bahasa Maduranya.

Nah itu masih dari logika 1+1 = 2 digabung dengan bentuk geometri, kalau kedua hal tersebut digabung dengan teori warna? Warna apa yang bisa terlihat bagus? apakah merah cocok digabung dengan warna hijau?atau dengan ungu?atau bagaimana? Warna merah mengesankan apa?warna hitam mengesankan apa? Kesan apa yang dibangun dengan gabungan bentuk geometri dengan warna tersebut? dan masih banyak lagi teori warna. Disinilah kami diajari di awal awal kuliah, mengenai kepekaan. Kepekaan yang disebutkan diatas itupun masih belum menyentuh sisi arsitektur secara mendalam apalagi sisi teknisnya.

Oke bagaimana kalau dihubungkan pada sisi teknisnya? Lalu saya coba mengambil contoh yang sangat sederhana, yaitu rumah tinggal. Dengan lahan lebar segini dan panjang segini, kebutuhan ruang apa saja yang diinginkan? Kalau ada ruang tidur, supaya  terasa nyaman harus memiliki dimensi berapa x berapa meter? Nantinya ruang tidur ini diisi berapa orang? 1 orang kah? 2 orang kah? Kan nda lucu ketika sudah dibangun eh ternyata ruangannya kekecilan apalagi mebel-mebel nda bisa masuk, kan nda lucu juga membuat kamar tidur yang besar dan menghabiskan lahan banyak namun masih ada beberapa kebutuhan ruang lain yang harus dikorbankan karena keterbatasan lahan. Lalu bagaimana dengan sirkulasi ruangnya? Apakah dari luar seperti rumah-rumah pada umumnya di Indonesia yaitu langsung ruang tamu?

Nah ini masih dari sisi denah, bagaimana jika denahnya sudah jadi? Maka yang perlu dipikirkan adalah akan seperti apa bentuk rumahnya? Ini jika si arsitek beraliran dari denah lalu bergerak ke bentukan arsitekturalnya. Malah ada juga arsitek yang mulai men”desain” dari bentuk arsitektural lalu denah akan menyesuaikan dari bentukannya tersebut.

Jika bentukan arsitekturalnya sudah terbuat, bagaimana dengan material finishingnya? Apakah hanya di cat saja? Pake batu alam? Kayu? Bata ekspose? Nah balik lagi ke teori 1+1=2 tadi. Dan masih buanyak (pake “U”) lagi yang harus diperhatikan. Kalau di jabarkan ada berbagai macam, seperti apa saja kebutuhan klien? Kepekaan dimensi & ukuran, lalu bagaimana dengan strukturnya? Iya kalau rumah 1 lantai, kalau 10 lantai?20 lantai?lalu bagaimana estetikanya?

Belum lagi electricalnya, kalau contoh sederhananya mau taruh lampu dimana?dimana letak saklar nya?stop kontaknya?supaya pas mebelnya. Belum lagi sirkulasi udara di gedung bertingkat, mau pake AC apa? Bagaimana prinsip kerja ductingnya? Sprinklernya jika nanti terjadi kebakaran? Tangga emergency standar nya seperti apa? Mengapa harus ada tangga emergency?

Lalu bagiamana dengan lingkungan sekitar? Apa hubungannya lingkungan sekitar dengan arsitektur? Jika pake contoh sederhana, menghadap kemanakah rumah yang akan di desain? Utara kah? Selatan kah? Timur kah? Barat kah? Apa kaitannya dengan arah hadap rumah? Apa pengaruhnya? Lalu bagaimana solusinya? Missal rumah menghadap barat, tentunya di pagi hari kurang mendapat sinar matahari, namun sebaliknya di sore hari mendapat banyak sinar matahari yang panas karena efek dari temperatur siang hari yang masih belum hilang, berbeda dengan pagi hari yang masih dingin karena efek dari temperature malam hari. Lalu apa solusinya agar rumah tidak panas meskipun menghadap kea rah barat? Nah itu jika rumah kita di daerah tropis dimana matahari tiap 6 bulan sekali agak condong ke utara atau agak condong ke selatan (pelajaran geografi SD, SMP, SMA) lalu bagaimana jika rumahnya di daerah subtropics? 4 musim, tidak hanya musim kemarau dan hujan saja. Akan seperti apa arsitekturalnya akibat dari pengaruh lingkungan tersebut agar manusia yang tinggal di dalamnya tetap merasa nyaman?

Lalu bagaimana dengan keadaan budaya sekitar? Apalagi sekarang lagi nge trend model minimalis, apakah ketika mendesain di Papua juga tetap menggunakan desain minimalis? Bagaimana jika di Sulawesi? Di Sumatra? Di Kalimantan? Apakah semuanya dipukul rata desain minimalis?

Arsitek tidak hanya belajar menggambar pakai tangan atau computer

Arsitek tidak hanya belajar menggambar bagus dilihat mata saja.

Arsitek pun harus belajar dan setidaknya memahami interior, psikologi, geografi, IT, listrik, lingkungan, budaya, sejarah, bahkan hukum dan politik (ingat polemik desain gedung DPR RI baru-baru ini terjadi?)

Para arsitek mungkin dikira tidak selevel dengan profesi seorang dokter yang langsung berhubungan dengan nyawa. Karena manusia sakit pasti mau tidak mau mahal atau tidak harus ke dokter jika ingin sembuh atau jika tidak ingin meninggal.

Kalau arsitek? Yang punya rumah jika tidak mau ribet ya tinggal panggil tukang, beres sudah. Namun jangan salah, arsitek juga punya beban dan tanggung besar terhadap hasil desainnya yang sudah dibangun. Bertanggung jawab tidak hanya pada pengguna jasa si arsitek, tapi juga terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya, karena hasil desainnya telah berdiri dan akan berdiri disana sangat lama, dan yang melihat bukan hanya penghuninya, dan yang merasakan dampak arsitekturnya juga bukan hanya pada penghuninya, namun juga lingkungan sekitar.

Arsitek tidak melulu jasa feenya mahal-mahal untuk mendesain (mahal karena mereka menjadi arsitek tidak lah mudah dan butuh proses panjang). Namun ada juga kok arsitek yang masih punya rasa peduli dan empati terhadap masyarakat yang latar belakang ekonominya menengah ke bawah, missal ada rumah murahnya Yu Sing, ada penataan kampungnya pak Johan Silas, ada public space nya Ridwan Kamil, ada desain budaya nya Han Awal, dll. Disitu para arsiteklah yang ikut berperan di dalamnya.

Jadi apresiasilah seorang arsitek sebagai seorang “Arsitek” bukan tukang gambar, agar mereka tidak merasa rendah diri dan melacurkan diri demi uang agar bisa tetap hidup. Karena bagi seorang arsitek apresiasilah yang menjadi nomer satu jika karya dan desain mereka dihargai. Karena ada kebanggaan tersendiri di dalam hati mereka jika mereka ternyata berguna bagi manusia dan lingkungan sekitar.

Menjadi arsitek “tidak semudah membalikkan telapak tangan” begitupun profesi-profesi lain, “no pain, no gain” (contoh-contoh dan pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan hanyalah beberapa contoh sederhana)

I Nyoman Sunartha

Cara Menghitung Anak Tangga



Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain.
Jenis tangga berdasarkan sifat permanensinya:
Tangga dapat bersifat permanen maupun non permanen.
Tangga permanen biasanya digunakan untuk menghubungkan:
• dua bidang horisontal pada bangunan
• lantai bangunan yang berbeda
Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade).Contoh dari penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita temui pada bangunan rumah tinggal atau perkantoran, "tangga monyet", dsb.
Tangga non permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang horisontal yang lebih tinggi, dan digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan / disimpan. Contoh dari tangga jenis ini misalnya tangga lipat.
 

Tangga merupakan suatu sambungan yang dapat dilalui antara tingkat sebuah bangunan, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu, baja, beton bertulan dll.Statistik yang dikompilasi oleh Dewan Keamanan Nasional menunjukkan bahwa tangga adalah penyebab jumlah terbesar kecelakaan di rumah, kecelakaan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, yang tentu berada di luar kendali mereka yang merancang dan membangun tangga.
 Namun, ada terlalu banyak kecelakaan akibat kesalahan konstruksi langsung. Tukang kayu dapat memberikan kontribusi berharga terhadap pencegahan kecelakaan jika ia berencana dan melakukan pekerjaannya dengan baik.
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk membantu menghilangkan
 beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk banyak kecelakaan.
1. Tangga harus bebas dari goncangan keras.
2. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara pegangan 
tangan dengan dinding.
3. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.

4. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
5. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang halus dan bebas dari serpihan.

6. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan tidak  kurang dari dua puluh derajat.
7. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang menonjol.
1. Konstruksi tangga kayu, untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan :
material kayu ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan cahaya.
Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga
 Anda. Umumnya konstruksi tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh tanpa
 sambungan.
2. Konstruksi tangga baja, biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh garam  akan mempercepat proses karat begitupun bila ditempatkan terbuka akan menambah
 biaya perawatan.
3. Konstruksi tangga beton, sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan.

CARA MENGHITUNG DETAIL TANGGA
Dalam menghitung kebutuhan ukuran dan jumlah tangga adalah menjadi hal sangat penting dalam suatu konstruksi. salah satu rumus yang sering di gunakan adalah :
2t + l = (60 - 65) cm
dimana : t = tinggi ukuran anak tangga
             l = lebar pijakan anak tangga

untuk tinggi dan lebar anak tangga akan sangat menentukan kenyamanan, sehingga orang yang naik tidak cepet lelah dan orang yang turun tidak mudah tergelincir.
  umumnya di ambil : 
  • tinggi tanjakan = 16-20 cm, agar masih terasa mudah di daki.
  • lebar injakan   = 26-30 cm, agar telapak kaki dapat berpijak penuh.
     misal suatu contoh
 
1. Diketahui t = 20 cm dan l = 30 cm
   Gunakan rumus 2t + l = (2x20) + 30 = 70 cm > ( 60-65)cm terlalu curam, tidak nyaman
   untuk digunakan.
2. Diketahui t = 16 cm dan l = 30 cm
   Gunakan rumus 2t + l = (2x16) + 30 = 62 cm = ( 60-65)cm nyaman untuk digunakan.
  Kemudian menghitung junlah anak tangga. 
Jika di gunaka tinggi 320 cm maka 320/t - 1 = 320/16 - 1 = 19 
anak tangga berjumlah 19 anak tangga.

Ukuran lebar tangga standart :
  • Dilalui 1 orang lebar ± 80 cm 
  • Dilalui 2 orang lebar ± 120 cm 
  • Dilalui 3 orang lebar ± 160 cm

Senin, 25 November 2013

Screen Shoot Perancangan Landscape



Perencanaan Landscape dengan ketentuan area dengan elevasi menurun merupakan bagian dari tugas mata kuliah Perancangan Landscape.

Terdiri dari beberapa villa, area publik, area terbuka, area service beserta kantor pengelola, dll.

beberapa kali revisi oleh dosen akhirnya kami pun mengerti dimana letak kesalahan kami yang perlu di perbaiki agar menjadi sempurna sesuai tingkat hunian yang nyaman dan asri. (JV)


Mata Kuliah : Perancangan Landscape
Dosen : Ir. Siti Wardiningsih M.si
Karya : Abdul Rizki

Minggu, 24 November 2013

Arti Sebuah Perjuangan








Proses pembuatan konsep Studio Perancangan Arsitektur 3 kali ini adalah "Merancang Poliklinik yang Ideal"



Meski harus begadang sepanjang malam, hal itu tidak membuat kami gentar.
untuk menjadi arsitek hebat memang perlu sebuah perjuangan.
Dan Perjuangan itu kami mulai dari sini.


Mata Kuliah : SPA 3 [Merancang Poliklinik]
Dosen : Ir. Dwi Ariyanti. Msi